“Dita! Ega! Cepetan dong
jalannya!” teriak seorang gadis di kejauhan.
Dita dan Ega pura-pura tidak
mendengar. Dita dan Ega
jadi gemas melihatnya. Setiap kali berangkat sekolah bareng, gadis yang bernama
Meysa itu selalu berjalan cepat sehingga Dita dan Ega selalu ketinggalan.
“Dita! Ega! Cepetan!”
teriaknya kembali.
Dita dan Ega pun akhirnya
mempercepat langkah mereka. Mereka tampak terengah-engah
menyusul Meysa.
“Lama
amat, sih!” ucap Meysa kesal.
“Kamu
aja yang jalannya kecepetan,” protes Dita.
“Ya,
nih. Kalau kamu begini terus, jalan cepet-cepet, wajah kucel begitu, kapan kamu
punya pacar, Mey?” timpal Ega.
“Kalau
soal pacar nanti aja dipikirin. Lagian aku males juga kalau punya pacar, ribet
urusannya. Ayo jalan!” ucap Meysa lalu kembali melangkahkan kakinya.
Dita
dan Ega menghela napas panjang melihat tingkah sahabatnya itu. Dita dan Ega pun
melangkahkan kakinya menyusul Meysa yang sudah berjalan agak jauh meninggalkan
mereka.
***
Bel tanda pulang sekolah
telah berbunyi. Seperti biasa semua siswa di sekolah buru-buru memasukkan buku
mereka ke dalam tas lalu berbondong-bondong meninggalkan sekolah. Begitu dengan
Meysa, Dita, dan Ega yang mempercepat gerakan tangan mereka memasukkan
buku-buku ke dalam tas.
“Dit, Ega, hari ini aku
nggak pulang bareng sama kalian, ya…,” ucap Meysa sambil melingkarkan tas
punggungnya.
“Kok tumben nggak pulang
bareng sama kita?” tanya Dita menatap Meysa yang hendak meninggalkan kelas.
“Hari ini aku di jemput.
Duluan, ya….” Meysa pergi meninggalkan Dita dan Ega di kelas.
Dita dan Ega menatap aneh
pada Meysa yang pergi dengan tergesa-gesa. Ada rasa penasaran yang muncul di
hati mereka. Mereka pun mempercepat langkah kaki mereka untuk melihat orang
yang menjemput Meysa pulang.
Dengan napas terengah-engah,
mereka akhirnya sampai di dekat pos satpam yang berada tak jauh dari pagar
sekolah. Sungguh suatu keberuntungan Meysa masih berada di depan pagar sekolah.
Sebuah motor sport berwarna hitam tiba-tiba berhenti tepat di hadapan Meysa.
Terlihat seorang cowok memberikan helm padanya. Meysa terlihat senang
menerimanya. Meysa pun langsung duduk dibelakangnya.
“Meysa dijemput sama siapa
tuh, Dit?” tanya Ega tanpa mengalihkan pandangannya pada Meysa yang tengah
melaju meninggalkan sekolah.
Dita hanya mengendikkan
bahu, tak tahu menahu mengenai cowok yang menjemput Meysa itu. Dita berpikir
sejenak. “Jangan-jangan…,” ucap Dita terputus di bagian akhir.
Ucapannya itu membuat Ega
penasaran. “Jangan-jangan apa? Jangan bikin penasaran, dong!” sahut Ega yang
tak puas dengan ucapan Dita.
“Jangan-jangan cowok yang
jemput Meysa tadi pacarnya,” tebak Dita menatap Ega.
Dita
dan Ega sama-sama dibuat pusing dan juga penasaran oleh Meysa. Banyak sekali
pertanyaan yang hinggap di pikiran mereka. Daripada tambah pusing, Dita dan Ega
pun melangkahkan kakinya pulang ke rumah.
***
Keesokan
harinya…
Pagi-pagi
sekali Dita dan Ega datang ke sekolah. Hanya ada beberapa murid yang sudah
berada di sekolah. Ketika hendak memasuki pagar sekolah, sebuah motor sport
berhenti tepat di depan mereka. Meysa langsung turun dari motor tersebut.
“Nanti
kujemput, ya. Dah…,” ucap cowok itu sambil menutup kaca helmnya lalu pergi
meninggalkan Meysa.
Meysa
melambai-lambaikan tangannya. Sikapnya dibuat semanis mungkin. Berbeda sekali dengan sikapnya di sekolah, apalagi
bila bersama Dita dan Ega.
Dita dan Ega menatap aneh
pada Meysa. Tak biasanya sikapnya begitu manis pada seseorang.
“Meysa, yang tadi mengantar
kamu siapa?” tanya Dita penasaran.
“Mau tau aja,” sahut Meysa
berjalan cepat meninggalkan Dita dan Ega.
Dita dan Ega segera menyusul
Meysa. Rasa penasaran membuat mereka rela mengejar Meysa.
“Kasih
tau dong, Mey! Siapa cowok itu?” tanya Ega semakin penasaran.
“Pacar kamu, ya? Kok nggak
bilang-bilang ke kita? Apa kamu takut kalau kami godain pacarmu?” tebak Dita
berjalan mengikuti Meysa.
Meysa pun menghentikan kedua
kakinya. Dia langsung menoleh ke arah Dita dan Ega yang berdiri di belakangnya.
Dia lalu tertawa kecil melihat wajah Dita dan Ega yang begitu penasaran. “Pacar?
Cowok yang mengantar aku tadi?” tanya Meysa menatap lucu pada Dita dan Ega.
Dita dan Ega sama-sama
menganggukkan kepala. Mereka semakin tak sabar menunggu
jawaban Meysa.
“Cowok yang mengantar aku
tadi namanya Kak Marco. Dia itu kakakku. Mumpung lagi liburan semester dan daripada
nggak ada kerjaan, lebih baik antar jemput aku sekolah,” jelas Meysa.
Dita dan Ega sama-sama
menghela napas panjang. “Oh…
kirain pacar kamu,” ucap mereka serempak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar