Nasib Si Gadis Populer
Seorang gadis berjalan
dengan santai ke kelasnya seorang diri. Semua orang tertuju padanya. Gadis itu memang sangat
populer di sekolah. Ia memiliki paras yang cantik dan tubuh yang semampai layaknya
model. Ia juga sangat pintar dan selalu menduduki peringkat pertama. Karena
itulah, ia meraih banyak penghargaan. Banyak perlombaan yang ia menangkan. Jangan
heran kalau banyak yang mengaguminya, termasuk Rudi si ketua OSIS yang sampai
saat ini masih berusaha mendekatinya.
Gadis itu memiliki seorang
sahabat. Kemana-mana
mereka selalu bersama-sama. Duduk di kelas bersama, makan di kantin bersama,
bahkan pulang sekolah pun selalu bersama.
***
Bel
masuk telah berbunyi. Semua siswa berhamburan memasuki kelas masing-masing. Fira
bersiap-siap menerima pelajaran pertama. Buku Matematika sudah ia letakkan di
atas meja. Tanpa sengaja, Fira menemukan sebuah surat dan kotak di dalam laci
mejanya. Seperti hari-hari sebelumnya, ia selalu mendapat sepucuk surat aneh. Bukan
surat cinta yang diterimanya, melainkan surat yang berisi ancaman. Semula Fira
mengabaikannya, tapi lama kelamaan, ia merasa terusik oleh surat-surat itu.
Apalagi kali ini tak hanya surat saja yang diterimanya. Sebuah kotak aneh juga
ada di dalam lacinya.
Bu
Rini, guru Matematika hari ini tidak masuk. Semua siswa yang ada di kelas menjadi
sangat ribut. Kecuali Fira yang terlihat syok. Kedua tangannya memegang surat
dan kotak aneh yang tak diketahui siapa pengirimnya. Fira memberanikan diri membuka kotak itu.
“Fir... Fir... Kamu kenapa?” tanya Anggi menggoyang
bahu Fira.
“Coba lihat deh Nggi!” ucap Fira sambil menyerahkan
kotak aneh yang diterimanya.
“Apa ini Fir?” tanya Anggi bingung.
Anggi
terkejut melihat isi kotak itu. Kotak itu berisi beberapa foto Fira yang
dicoret-coret dengan spidol merah. Anggi terdiam. Ia berusaha menenangkan Fira
yang masih terlihat syok. Tiba-tiba mata Anggi melirik surat yang masih ada di
genggaman Fira. Anggi pun
kemudian menyuruh Fira membaca surat itu.
Fira pun
membaca suratnya. Wajah Fira makin syok, tak sepatah kata keluar dari mulutnya.
Anggi yang panasaran, merampas surat itu dari tangan Fira.
Heh, Fira yang sok manis…
Gimana dengan kadonya ? Bagus kan. Ini baru awal.
Masih banyak kejutan-kejutan lain yang bakal membuat hidupmu nggak lagi tenang.
Anggi
meremas-remas dan membuangnya. Anggi yang khawatir melihat keadaan Fira
kemudian mengajaknya ke kantin.
***
Di
kantin, Fira sama sekali tak bicara. Minuman yang sudah di pesan Anggi, tak ia
sentuh sama sekali. Wajahnya masih terlihat syok. Pandangannya terlihat kosong.
“Fir… Udah dong! Kamu jangan begini! Kamu minum dulu
ya, biar pikiranmu agak tenang!”
“Bagaimana
aku bisa tenang coba! Kamu
lihat sendiri kan isi surat dan kotak itu apa!” jelas Fira sedikit kesal.
“Ya,
aku paham, Tapi kalau kamu begini terus, yang ada si pengirim misterius itu
tambah senang melihat kamu seperti ini,”
“Maaf
ya, Nggi.”
“Nggak
apa-apa kok. Ya udah, tenangin pikiranmu dulu. Kamu minum dulu biar tenang! Aku
mau ke toilet dulu. Nggak tahan nih!” ucap Anggi nyengir dan berlalu
meninggalkan Fira sendiri.
***
Fira dan Anggi kembali ke kelas. Kondisi Fira sudah agak tenang. Terlihat semua siswa
sudah duduk dengan tenang di kelas. Tak lama kemudian, Bu Friska masuk kelas.
Semua siswa mengeluarkan buku Bahasa Indonesia yang akan mereka pelajari. Siska,
si bendahara kelas terlihat panik. Ia terus mencari sesuatu di tasnya. Bu
Friska yang melihatnya menghampiri Siska.
“Ada
apa Sis?” tanya Bu Friska.
“Dompet
saya hilang bu! Padahal tadi aku simpan di dalam tas,” jawab Siska panik.
“Apakah
diantara kalian ada yang melihat dompet Siska?” tanya bu Friska kepada
murid-muridnya.
“Nggak
ada bu,” jawab seluruh siswa serempak.
“Bu,
gimana kalau kita periksa semua tas yang ada disini. Mungkin aja dompet Siska
ada,” usul Didin tiba-tiba.
“Ya bu, aku setuju dengan Didin,” sambung Leon.
Akhirnya
Bu Friska memeriksa semua tas. Satu per satu tas diperiksa. Sampai akhirnya tas
Fira diperiksa. Bu Friska membongkar semua barang yang ada dalam tas Fira.
Betapa terkejutnya Bu Friska ketika melihat dompet Siska ada di dalam tas Fira.
Tak hanya Bu Friska saja. Anggi dan semua orang di kelas juga terkejut
melihatnya. Fira bingung. Ia sama sekali tak tahu apa-apa tentang dompet Siska
yang ada dalam tasnya.
***
Fira
akhirnya dipanggil ke kantor. Ia diinterogasi layaknya pencuri. Ia pun
mendapatkan sanksi atas perbuatan yang sama sekali tak pernah ia lakukan sama
sekali. Fira pun keluar kantor dengan wajah yang cemberut.
Berita
itu rupanya menyebar secara cepat hingga sampai ke telinga Rudi. Semua orang
tak lagi menatapnya dengan penuh kekaguman, melainkan seperti pencuri yang baru
lolos dari tahanan. Seisi sekolah terus membicarakannya. Rudi menghampiri Fira yang sedang duduk sendiri di kantin. Wajah
Rudi terlihat khawatir dengan keadaan Fira sekarang. Rudi tak percaya dengan
berita itu. Tak sadar, air mata Fira menetes. Ia menjelaskan kepada Rudi bahwa
ia tak tahu mengapa dompet Siska bisa ada dalam tasnya. Melihat Fira menangis,
Rudi berusaha menenangkan Fira.
Rudi
berusaha membuat Fira tersenyum. Membuat lelucon bahkan mengubah wajahnya
menjadi aneh pun Rudi lakukan. Usaha yang dilakukannya tak sia-sia. Fira akhirnya
tersenyum. Sejenak ia dapat melupakan masalah yang menimpanya. Rudi menemani
Fira kembali ke kelasnya.
***
Di kelas, Fira merasa sangat tak nyaman.
Semua orang yang ada di kelas menatapnya sinis. Mereka menjauhinya bahkan ada
yang langsung mencacinya. Fira hanya duduk diam. Sebuah surat misterius
tergeletak si atas mejanya. Betapa terkejunya Fira ketika membaca surat yang
baru diterimanya.
Hai Fira,
Gimana nih rasanya di cap sebagai pencuri? Enak bukan?
Ini baru kejutan pertama yang aku buat khusus buat kamu loh! Anak sok pintar
dan sok manis sepertimu ini mungkin nggak akan puas hanya begini saja. Aku akan
buat yang lebih sakit daripada yang ini. Selama menikmati kehidupan sebagai
pencuri ya, anak pintar….
Fira
bengong. Rupanya orang yang tega melakukan ini padanya orang adalah orang yang
selama ini mengirimkannya surat ancaman. Tiba-tiba Rudi menghampiri Fira di
kelasnya.
“Woi…! kenapa kamu Fir?” tanya Rudi mengagetkan Fira.
“Ya ampun Rud, Untung jantungku nggak copot.”
“Habisnya kamu bengong. Emangnya mikirin apa sih?”
“Ini Rud!” Fira menyerahkan surat ditangannya.
“Surat apa ini Fir? Kamu dapat surat cinta ya? Yah
keduluan deh aku.”
“Itu bukan surat cinta,” jawab Fira cemberut.
“Trus kalau bukan surat cinta, ini surat apaan dong!”
“Surat ancaman,” terang Fira singkat.
“Hah, surat ancaman!” ucap Rudi kaget.
Rudi
tak tinggal diam. Ia membantu Fira mencari pengirim surat itu. Sayangnya, Rudi
dipanggil ke ruang OSIS. Fira akhirnya harus mencari sendiri.
***
Sejak
tadi Fira tak melihat Anggi. Fira
mencari-cari Anggi untuk membantunya mencari si pengirim surat itu. Ia pun
menelusuri seluruh sekolah, tapi tak menemukannya sama sekali.
Karena
tak menemukannya, Fira kembali ke kelas. Ketika hendak masuk kelas, ia
mendapati sosok Anggi berdiri di tempat duduknya. Ia melihat Anggi sedang
tertawa sambil menaruh sepucuk surat ke dalam laci mejanya. Fira hanya diam dan
melihat semua kelakuan Anggi ketika sedang tak bersamanya.
Fira
masuk ke kelas seperti biasanya, seolah tak tahu apa-apa. Fira memeriksa laci
mejanya. Terdapat sebuah surat di dalamnya. Fira syok ketika membaca surat itu.
Ternyata isi surat itu adalah ancaman yang selama ini ia dapat. Seperti
dugaannya, surat ancaman yang selama ini di terimanya ternyata dari Anggi.
***
Bel
istirahat telah berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong menuju kantin. Kelas
sangat sepi. Hanya ada Fira dan Anggi saja di sana.
“Nggi, aku mau kamu jawab dengan jujur!” Fira memulai
percakapan dengan tenang.
“Jawab apa?” tanya Anggi bingung.
“Apa kamu yang ngirimin surat ini?” tanya Fira sambil
menyerahkan surat yang ada di lacinya.
“Nggak kok! Aku nggak pernah ngirimin surat sama kamu.”
“Bener bukan kamu. Trus yang aku lihat tadi siapa
hah!”
“Maksudmu Fir?”
“Tadi aku lihat kamu memasukkan surat ini ke dalam
laci mejaku,” Fira menatap lekat Anggi.
“Nggak kok. Kamu salah lihat kali,” jawab Anggi
menyangkal.
“Kamu jangan bohong!”
“Cepat sekali ketahuannya,” ucap Anggi tersenyum
sinis.
“Jadi benar kamu yang ngelakuin ini?” Fira mulai menangis.
“Ya, aku yang selama ini ngirimin surat itu sama kamu.”
“Kenapa Nggi? Apa salah aku sama kamu?” tanya Fira
memegang tangan Anggi.
“Kamu mau tau
kenapa. Karena aku muak sama kamu. Fira... Fira... Fira... terus yang selalu
dipuji. Semua orang mengagumimu layaknya seorang dewi. Sedangkan aku, aku cuma
jadi bayangan kamu aja. Aku muak sama kamu! Aku jijik sama kamu!”
Fira
terdiam. Air matanya terus mengalir. Ia tak menyangka bahwa sahabat yang selama
ini selalu bersamanya tega menerornya bahkan memfitnahnya seperti itu. Anggi
kemudian pergi meninggalkan Fira yang menangis sendirian di kelas.
***
Sejak
saat itu, Fira tak lagi terlihat bersama dengan Anggi. Anggi bahkan memutuskan
pindah tempat duduk. Fira yang tahu perbuatan Anggi kepadanya hanya diam. Ia
tak menceritakan kepada siapapun termasuk Rudi. Ia masih menganggap Anggi
sebagai sahabatnya. Ia berharap suatu hari nanti, Anggi dapat kembali menjadi
sahabatnya.
Semua orang masih menjauhinya,
kecuali Rudi. Kini, Fira dan Rudi semakin dekat. Kemana-mana mereka
selalu berdua. Bahkan sepulang sekolah, Rudi mengantarkan pulang. Fira sangat
bersyukur. Walaupun ia kehilangan sahabat dan popularitasnya di sekolah, masih
ada orang yang mau percaya kepadanya walaupun cuma seorang.