BUNUH DIRI
“Kenapa tuh anak? Mulai tadi
kulihat diam terus,” ucap Vina menatap gadis yang bernama Putri.
Lia hanya mengendikkan
bahunya, tak tahu menahu tentang perubahan sikap Putri sahabatnya itu. Lia pun
menghampiri Putri di bangkunya. Ia lalu mengempaskan dirinya di samping Putri. “Kamu kenapa? Sakit, ya?”
Putri menggeleng lemah. Ia
tampak tak bersemangat. Wajahnya pun terlihat lesu.
“Kalau kamu ada masalah,
cerita aja ke kita! Jangan sungkan-sungkan! Siapa tau kita bisa bantu,” lanjut
Vina tiba-tiba muncul di samping Lia.
Putri kembali menggeleng
lemah tak bertenaga. Sesekali
ia menghembuskan napas panjang.
“Oh, iya... hampir aja lupa!
Kapan acara pementasan drama di sekolah kita? Udah nggak sabar nih mau nonton.
Kali aja aku ketemu sama cowok ganteng,” ucap Lia dengan genitnya.
“Minggu ini. Setelah itu aku
bisa tenang,” jawab Putri dengan suara pelan.
***
“Maafkan aku! Aku sudah tak
sanggup lagi menjalaninya. Lebih baik aku mati, meninggalkan kekejaman hidup
yang tiada akhirnya ini. Selamat tinggal dunia!” ucap Putri menitikkan tetes-tetes
air matanya. Ia lalu menaiki kursi yang ada di hadapannya dan berdiri tepat di
hadapan seuntas tali yang tergantung melingkar di ujungnya. Ia menghembuskan
napas panjang. Matanya tampak menerawang setiap sudut ruangan.
Bel tanda masuk kelas
sebentar lagi berbunyi. Lia dan Vina mempercepat langkah kaki mereka menuju
kelas. Langkah mereka tiba-tiba terhenti pada sebuah ruangan. Kedua mata mereka
menangkap sosok yang sangat mereka kenal, Putri.
“Ngapain tuh anak? Kalau
dilihat-lihat, seperti mau bunuh diri,” bisik Vina. Matanya kembali fokus pada
gerak-gerik Putri.
“Aku juga nggak tau. Tapi
dari gerak-geriknya, kayaknya beneran ia mau bunuh diri,” jawab Lia. Kini ia
merasa cemas pada Putri.
Mata Putri kini kembali
fokus pada tali yang ada di hadapannya. Tanpa membuang banyak waktu, ia
memasukkan kepalanya ke dalam lingkaran tali di hadapannya. Ia kembali
menghembuskan napas panjang. Wajahnya terlihat begitu muram.
Melihat gerak-gerik Putri yang
semakin aneh, Lia dan Vina segera memasuki ruangan dan menghampiri Putri.
“Put,
Cepat turun!” ucap Lia setengah berteriak.
“Kalau
kamu ada masalah, cerita ke kita! Jangan seperti ini, pake acara bunuh diri
segala. Ingat Ayah dan Ibumu, Put!” lanjut Vina cemas.
Putri
menatap aneh pada Lia dan Vina. Ia
pun langsung mengeluarkan kepalanya dan turun dari kursi. “Kalian berdua
ngapain di sini? Pake acara ngganggu latihanku segala lagi.”
“Latihan?” tanya Lia kini
menatap bingung padanya.
“Iya. Aku sedang latihan
buat acara pementasan drama nanti,” ucap Putri kemudian menggandeng tangan Lia
dan Vina. Ia lalu membawa Lia dan Vina keluar ruangan sambil menolehkan matanya
pad murid-murid yang menatap mereka, “Maaf, ya semuanya!”
Lia dan Vina sama-sama
bingung. Ruangan yang tadi terlihat kosong, ternyata penuh dengan beberapa
murid yang kembali melanjutkan latihannya yang sempat tertunda.
“Kalian berdua di sini aja
nontonnya! Aku mau lanjutin latihannya,”ucap Putri masuk ke dalam ruangan, meninggalkan
Lia dan Vina di depan pintu ruangan.
Lia dan Vina
sama-sama menghembuskan napas lega sekaligus malu karena kejadian tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar