Ada
Apa Dengan Desi Hari Ini?
Pagi
ini langit terlihat cerah. Terlihat murid-murid dengan semangat memasuki
sekolah. Desi sudah duduk dengan tenang di kelas. Ia tampak tak bersemangat. Berkali-kali ia
menghembuskan napas berat, lalu menempelkan tangannya ke dagu. Yanti dan Silvi
dengan santai masuk ke kelas. Mata mereka menangkap sosok Desi yang terlihat
sangat muram.
“Kenapa tuh anak?” tanya Yanti dengan suara pelan.
“Nggak tau! Kesambet setan kali,” jawab Silvi asal.
“Hush!
Jangan ngaco kamu.” Yanti lalu duduk. Matanya masih menatap aneh pada Desi yang
duduk sendirian.
Hari
ini Desi terlihat berbeda. Biasanya ia selalu ceria, tapi tidak hari ini. Ia terlihat
sangat murung tak bersemangat. Tak hanya Yanti dan Silvi saja yang bingung,
teman-teman sekelas pun menatap bingung padanya.
***
Bel istirahat telah berbunyi. Beberapa
murid bergegas menuju ke kantin. Begitu pula dengan Yanti dan Silvi yang
bergegas merapikan buku. Mereka bersiap-siap hendak pergi ke kantin.
“Des,
kamu nggak ke kantin?” tanya Yanti menghampiri Desi di bangkunya.
Tak
sepatah kata keluar dari mulut Desi. Desi menatap Yanti dan Silvi yang kini ada
dihadapannya, lalu menggelengkan kepalanya. Ia kembali termenung, asyik dengan
pikirannya sendiri.Yanti pun duduk di samping Desi. “Kamu kenapa? Sakit, ya?”
Desi
menggeleng ketika tangan Yanti meraba keningnya. Tidak panas sama sekali. “Kamu
ada masalah? Kalau ada masalah, cerita dong ke kita! Siapa tahu kita bisa
bantu,” lanjutnya khawatir.
“Aku
nggak apa-apa, kok! Kalian berdua pergi aja!” ucap Desi tak bersemangat.
Yanti
dan Silvi akhirnya pergi meninggalkan Desi yang duduk sendiri di kelas. Mereka
berdua merasa bingung dengan Desi hari ini.
***
Keesokan
harinya....
Tak
seperti biasanya Yanti dan Silvi datang ke sekolah pagi sekali. Hanya ada
beberapa murid yang memasuki gerbang sekolah. Mereka berdua lalu bergegas masuk
ke kelas. Tak terlihat sosok Desi di sana. Silvi melirik jam tangannya. Sudah
pukul 07.00, tapi Desi belum juga datang.
Akhirnya
orang yang ditunggu-tunggu datang. Desi datang ke sekolah dengan wajah yang
begitu ceria. “Hai, teman-teman!” sapanya tersenyum lalu memarkirkan motornya.
Yanti
dan Silvi terlihat lega melihat sikap Desi yang seperti biasanya. Wajahnya kembali
terlihat ceria, berbeda sekali dengan kemaren.
“Akhirnya
kembali lagi tuh anak,” ucap Silvi tersenyum lega.
“Kalian
berdua ngapain di sini?” teriak Desi menghampiri.
“Kemaren
kamu kenapa? Murung terus kerjaannya. Diajak ke kantin nggak mau,” tanya Yanti penasaran.
“Iya,
nih. Aneh banget kamu kemaren. Kesambet setan apa kemaren?” lanjut Silvi.
“Gini
ceritanya, beberapa hari ini Ayah janji mau beliin aku motor. Padahal sudah
janji, tapi sampai kemaren belum juga dibeliin. Kukira Ayah lupa, ternyata
motornya sudah ada di bagasi. Gimana motornya? Keren, kan?” ucapnya
cengengesan.
“Jadi,
cuma gara-gara motor kamu murung sampe buat kita bingung,” ucap Yanti agak
sewot.
Desi
hanya cengengesan. Ia lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Yanti dan Silvi
hanya geleng-geleng kepala pada sahabatnya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar